Patin, ''Si Kumis'' Yang Jadi Primadona Sumut, Salah Satunya Diternakkan di Melati

Berawal dari coba-coba, kini memberi penghasilan lumayan dan prospek menjanjikan. Itulah yang dialami sekelompok petani pembudidaya ikan patin di Kelurahan Tualang dan Desa Melati,, Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai), Sumatera Utara (Sumut). Dalam satu siklus (6 bulan), para petani bisa memanen 3 ton ikan patin seberat 600 gram hingga 1.400 gram (1,4 kilogram) per ekor, dengan harga per kilogramnya Rp 2.000.   

"Ikan patin ini dipasarkan setelah diolah dulu. Ada perusahaan yang langsung mengambilnya ke sini," kata Irwan, 36 tahun, seorang petani pembudidaya patin asal Desa Melati, Sergai, Sumut, kepada GATRAnews, di Sergai, awal pekan ini. Sebelum membudidayakan patin, Irwan dan teman-temannya hanya kenal ikan mas, nila, dan lele.

Ikan patin hasil panen di Sergai-Sumut (GATRAnews/Tian Arief)

Ikan patin, yang benihnya seukuran 1 inci (2,5 sentimeter) itu, dipanen dari empang yang diusahakan oleh para petani patin (semuanya ada 30 kelompok), kemudian dibawa ke pabrik pengolahan ikan untuk dibuat fillet (bentuk irisan daging ikan tanpa tulang tanpa sisik dan tanpa kulit, yang siap goreng), dan dipasarkan dalam bentuk nugget kemasan ke berbagai daerah di Tanah Air. 

Patin, yang memiliki kandungan lemak lebih rendah dibanding ikan jenis lain, terutama dua asam lemak esensial DHA sebesar 4,74 % dan EPA sebesar 0,31 % ini, tergolong ikan berkumis (Siluriformes), yang termasuk dalam genus Pangasius, familia Pangasiidae. Beberapa anggotanya hidup di Sungai Mekong, Vietnam, dan banyak yang berukuran sangat besar; panjangnya bisa mencapai dua meter lebih. 

Prospek menjanjikan

"Patin luar biasa. Sebelumnya pembudidayaan ikan patin ini sama sekali tidak masuk agenda untuk pengembangan industrialisasi. Benar-benar tidak masuk perhitungan kita," kata Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementrian Kelautan dan Perikanan, Slamet Soebjakto, di depan peserta Rapat Koordinasi Catfish Indonesia, di Medan, belum lama ini.

Slamet mengaku yakin keberhasilan ini akan memotivasi kabupaten-kabupaten lain di Sumatera Utara maupun provinsi lainnya. "Ke depan kita harus menyiapkan diri untuk masuk dalam pasar bebas ASEAN pada 2015. Kita harus siap sebagai pemain, bukan penonton," ujar Slamet, menegaskan. 

Dia menghimbau pada petani pembudidaya patin agar terus meningkatkan produksinya, untuk menyuplai kebutuhan ikan patin di Medan dan provinsi lainnya. Karena, lanjutnya, penyerapan patin sangat luar biasa dalam hal konsumsi dan industri dalam negeri.

Slamet menerangkan, untuk mendukung pengembangan budidaya ikan patin, pihaknya melakukan tiga cara, yakni intensifikasi untuk meningkatkan produktivitas, ekstensifikasi dengan menggunakan lahan-lahan ideal yang tidak produktif, serta melakukan program kemandirian benih.

Selama ini, petani ikan patin di Sumut, termasuk di Sergai, masih mengandalkan benih dari luar, seperti Riau, Jambi maupun Sukabumi. "Ini tentunya akan menjadi kendala apabila kualitas benih menurun, tingkat kematiannya, dan kualitas induk yang tidak jelas. Oleh karena itu, nanti di tahun 2015 akan dibuat percontohan pembenihan pada masyarakat Sergai, Simalungun, dan kawasan budidaya lainnya. Dengan demikian Medan akan bangkit lagi menjadi sentra perikanan," terangnya.

"Sentra produksi patin terbesar ada di tiga wilayah, Sumatera ada di Jambi, Riau, Sumatera Selatan, termasuk Sumatera Utara. Di Kalimantan terdapat di Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat. Baru-baru ini, Jawa juga mulai membudidayakan patin di kawasan Jawa Timur," jelas Slamet.

Kementrian Kelautan dan Perikanan pada 2015 sudah mengganggarkan untuk membuat beberapa proyek percontohan di sentra-sentra perikanan budidaya. Selain itu akan diberikan pemberian bantuan mesin pelet (pakan ikan), ekskavator, dan saluran irigasi di seluruh wilayah Indonesia. "Totalnya sekitar 20 milyar rupiah," tambahnya.

Nah, jika program ini sudah berjalan dengan baik, maka "si kumis" yang masih terbilang kerabat ikan lele ini, bakal menjadi primadona baru perikanan budidaya di Sumatera Utara. 

Sumber:

GATRA

http://www.gatra.com/ekonomi-1/59482-patin,-si-kumis-yang-jadi-primadona-sumut.html

Comments

Popular posts from this blog

Sejarah Desa Melati II